INSPIRASI GENERASI MUDA DAN KEPAHLAWANAN

Rabu, 19 Desember 2012 Tim Litbang Pelita

Kesamaan Soekarno, Sudirman dan Soeharto dalam Membela Bangsa

Peringatan bela negara diperingati tiap tanggal 19 desember, hal ini sebagai refleksi terharap perjuangan geliya panglima besar Jendral Sudirman. Sebagai bentuk prosesi sakral para kadet TNI biasanya melakukan napaktilas menempuh rute gerilya yang pernah dilalui panglima besar Sudirman sejauh 200 kilometer. Lalu apa urgensi atau semangat yang perlu di teladani dari peristiwa tersebut bagai generasi kini. Masihkah ada relevansinya terhadap masyarakat kita dewasa ini dan seperti apa bentuk konkrit membela negara.

Sejarah mencatat pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda kembalai melancarkan Agresi militer terhadap bangsa indonesia. Pertempuran yang dilancarkan Belanda pada pukul 6.00 pagi, menyerang Yogya. Pelecehan terhadap kedalualatan republik oleh belanda dengan melakukan penangkapan terhadap Presiden dan Wakil Presiden beserta sejumlah pejabat kabinet. Periode inilah merupakan situsai yang dan hari paling tegang, negara dalam keadaan darurat bagi Republik Indonesia. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) berdiri di Sumatera, semetara itu Jenderal Sudirman melasanakan Perang Rakyat Semesta diseluruh tanah air. Di PBB, para pejuang diplomasi tidak akan mundur setapakpun serta tetap mengusahakan negara Proklamasi tegak dan berdiri.

Jendral Soedirman pada waktu itu sebagai panglima besar TNI kondidisinya masih sakit baru saja pulang dari rumah sakit. Belanda memanfaatkan kondisi dalam negri yang mengalami keguncangan akibat pro dan kontra penangkapan elit politi (Presiden dan wakil serta kabinet), serta isyu upaya diplomasi yang gagal, serta membonsai Negara kesatuan Indonesia menjadi negara serikat, ditambah upaya reoganisasi dan rasionalisasi tentara yang merugikan para gerilyawan atau tentara rakyat. Kegaduhan itu dimanfaatkan pihak Belanda untuk melakukan agresi militer ke II dengan berusaha menduduki ibu kota yang berada di Yogyakarta.

Sebulan sebelum meletus agresi II Belanda, Presiden Soekarno berupaya mengkonsolidasikan angkatan pertama kadet tentara yang akan menjadi letnan. Pengarahan penting terhadap kadet itu merupakan pentingnya menjaga keutuhan negara dan tentara harus menjadi garda depan menghadapi penghancur bangsa. Acara yang berlangsung pada tanggal 29 November 1948 di sekolah militer malang dan Bung Karno berpesan kepada 197 kadet Jogja yang berasal dari sekolah militer malang dan mojo agung.

Amanat beliau adalah; “ Anak-anak ku sebentar lagi kalian menjadi letnan, tantangan kalian semakin berat, karena tentara, negara kesastuan dan bhineka tunggal ika adalah satu kesatuan. Satu paket yang tidak bisa dipisahkan atau dihancurkan siapapun. Kalau ada yang mau menghancurkan negara kesatuan Republik Indonesia maka harus menghancurkan TNI dahulu, TNI tidak boleh hancur, TNI harus Jaya.”

Perlawanan terhadap agresi militer II Belanda yang mendarat 19 desember 1948 di lawan oleh tentara dan rakyat dibawah komando Jenderal Soedirman. Pada saat itu Pak Dirman, sapaan rakyat terhadap sang jendral baru saja keluar dari rumah sakit. Pada saat itu juga setelah mendapat informasi adanya agresi belanda beliau bersama sejumlah pasukan dan dokter pribadinya, memtuskan berangkat untuk berperang secara gerilya.

Perang gerilya ini merupakan taktik pertempuran berpola asimetris atau tidak konvensional dalam menghadapi para agresor. Jalur gerilya yang dipilih adalah degan menuju ke arah selatan jawa dan berlangsung sepanjang tujuh bulan. Pasukan Belanda tidak sanggup menembus basis peralawanan gerilya yang berbasis di Sobo sebagai markas sementara, markas gerilya yang berhasil dibangun posisinya dekat Gunung Lawu.
Dari posko utama Sobo beliau beserta dan pasukannya berhasil menyiapkan Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan tersebut berhasil mencapai target pertempuran dan politis mengalahkan belanda, pertempuran heroik itu berhasil di koordinasi dibawah pimpinan Letnan Kolonel Suharto yang di juluki bunga pertempuran. Kekalahan Belanda oleh serangan umum itu berakibat pengakuan dunia Internasinal terhadap Indonesia. Aksi gemilang tersebut menjadi sebuah pengormatan bagi Jenderal Soedirman dipanggil kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949.

Sosok fenomenal Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman kelahiran Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916. Beliau adalah Jenderal Muda pejuang gigih dan cerdas meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun. Beliau merupakan seorang perwira tinggi militer Indonesia dan panglima besar pertama Tentara Nasional Indonesia yang berjuang selama masa revolusi kemerdekaan. Sudirman lahir dari pasangan wong cilik, lalu diangkat oleh pamannya, yang merupakan seorang priyayi.

Setelah dibawa pindah bersama keluarganya ke Cilacap pada akhir tahun 1916, Soedirman tumbuh menjadi siswa yang rajin; ia juga sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk organisasi pramuka bentukan organisasi Islam Muhammadiyah. Saat masih di sekolah menengah, Soedirman telah menunjukkan kemampuan sebagai pemimpin; ia juga dihormati dalam masyarakat karena taat pada agama Islam. Setelah keluar dari sekolah guru, ia menjadi guru di sebuah sekolah rakyat milik Muhammadiyah pada tahun 1936; Soedirman akhirnya diangkat sebagai kepala sekolah itu.

Soedirman juga aktif dengan berbagai program Muhammadiyah lain, termasuk menjadi salah satu pemimpin organisasi Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Soedirman terus mengajar. Pada tahun 1944 ia bergabung dengan angkatan Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang sebagai pemimpin batalyon di Banyumas.

Para pemimpin pendiribangsa ini mewariskan kemerdekaan ini buah dari hasil perang panjang untuk mendapatkannya. Kemerdekaan republik karena perang yang banyak mengorbankan harta dan jiwa raga anak bangsa. Momentum sejarah tersebut berdampak panjang terhadap konfigurasi politik bangsa ini. Rangkaian sejarah bangsa ini masih terpotong-potong dalam berapa fase bagaikan bagai serpihan yang belum utuh.Panggilan bagi mereka yang tulus dan semangat gigih dalam merangkai dan merajut kemurnian sejarah bangsa ini secara utuh.

Pertempuran heroik para pendiri bangsa ini seperti menjadi sepenggal kisah yang mati di pojok sejarah. Kesadaran, semangat dan kegigihan pendiri bangsa yang dikobarkan dalam perang merebut kemerdekaan kini seolah menjadi abu sejarah. Spirit penting perjuangan kemerdekaan perlahan di padamkan dan digeser oleh gelora libido liberalisasi. Banyak kalangan yang berkepentingan mencoba mengubur atau menghilangkan kepingan api sejarah baik oleh pelaku sejarah maupun yang berjarak dengan proses sejarah bangsa ini.

Para generasi penerus bangsa kini diwarisi abu dan debu sejarah, sebuah sejarah yang di kacaukan oleh kepentingan kelompok dan golongan yang berebut kekuasaan politik. Bara panas sejarah bangsa terus bergelora terjadi sejak proklamasi kemerdekaan, tarik menarik kepentingan oleh mereka yang tidak tulus memegang bara sejarah.Perjuangan yang muncul adalah pertarungan terhadap kekuatan yang merongrong keutuhan negara bangsa Indonesia.

Semoga dalam peringatan hari bela negara ini menyadarkan anak bangsa untuk membersihkan debu yang mengkotori sejarah bangsa ini. Memang sekarang era atau zamannya politik yang menentukan hiruk pikuk agenda nasional. Persoalan yang merenggur dan menguras perjalanan bangsa di mainkan oleh elit-elit partai atau kelompok dengan ideologi liberal. Kita memberi catan bahwa sejarah bangsa ini berkali-kali di kacaukan oleh mereka yang tidak menginkan bangsa ini bersatu dan maju. Penghancuran terhadap ideologi pancsila sebagai pondasi bangsa seakan tidak pernah berhenti.

Dengan hari bela negara ini mari kita mengkonsolidasikan kembali cita-cita dan jati diri bangsa ini. Hal inilah yang menjadi kesamaan para pejuang dan para pemimpin seperti soekarno, soedirman dan soeharto. Para pejuang itu pemikiran dan perkataannya tidak pernah berubah berhadapan dengan siapa pun. Namun mereka biasanya menerapkan cara yang berbeda dalam menerapkan mengoprasinalisasikan taktik dan strateginya di lapangan. Kesamaan pemikiran dan perinsip perjuangan mereka menjadi inspirasi penting dalam hari bela negara ini.

Sebuah kesamaan dalam memandang atau cita-cita terhadap masa depan bangsanya. Yaitu sebuah bangsa merdeka yang masyarakatnya memiliki kecintaan terhadap tanah airnya yang meliputi seluruh wilayah nusantara dari utara Pulau Sumatera sampai selatan Pulau Irian. Sehingga rasa persatuan yang timbul aladah dengan memahami bahwa semua suku di dalamnya merupakan satu bangsa yang sama yaitu Bangsa Indonesia. Sebuah bangsa yang berada dalam tata dunia yang saling memahamai bahwasannya setiap bangsa setara dan sejajar kedudukannya. Kedepan sistem demokrasi Indonesia harus memberikan keadilan dalam politik serta menjamin keadilan dalam ekonomi. Suatu sistem Demokrasi yang menjamin akan terciptanya kesejahteraan seluruh rakyatI ndonesia.

SUMBER : pelitaonline.com diakses tgl 26 Maret 2013 jam 7.35