Pemimpin dambaan umat

Hiruk-pikuk Pemilu 2009 agaknya sulit dipredikisi kapan akan berakhir.

Pasca-pemilu legislatif yang mengundang banyak protes dan pro-kontra, kini menyusul agenda pemilihan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres). Nuansanya hampir tidak berbeda dan warnanya pun serupa.
Demikian khotbah pembuka yang akan disampaikan salah satu pegawai di lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Muhammad Sholihin SAg SIP, dalam khotbahnya di Mesjid Al Khoir, Ngoresan, Solo, Jumat (8/5) siang ini.
Lebih lanjut ia menerangkan Islam memandang soal kepemimpinan sebagai hal penting. Suatu saat, Rasulullah SAW memerintahkan kepada tiga orang yang bepergian agar mengangkat salah seorangnya sebagai pemimpin. ”Apabila tiga orang keluar melakukan perjalanan, hendaklah mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpinnya.”
”Secara logika, jika ada tiga orang saja disuruh memilih pemimpin, tentu menjadi mutlak memilih seorang pemimpin yang tepat demi keselamatan serta kesejahteraan bangsa dan negara,“ jelasnya.
Lantas, kata Sholihin, pemimpin seperti apa yang mesti dipilih? Khalifah Abu bakar Assiddiq RA pernah berpidato saat dilantik menjadi pemimpin umat, sepeninggal Rasulullah SAW. Inti dari isi pidato tersebut dapat dijadikan pandangan dalam memilih profil seorang pemimpin yang baik. Isi pidato tersebut, “Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin bukan karena aku yang terbaik di antara kalian semuanya. Oleh karena itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. ‘Orang lemah’ di antara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah di antara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah SWT. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan salat semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua.”
Menurutnya, ada tujuh poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu Bakar RA di atas. Diantaranya sifat rendah hati, terbuka untuk dikritik, jujur dan memegang amanah, berlaku adil, komitmen dalam perjuangan, bersikap demokratis, dan berbakti serta mengabdi kepada-Nya.
”Seorang pemimpin haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi rakyat dan terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun dan konstruktif. Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati rakyat terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari seluruh amanah yang telah diamanahkan. ::ewt/ Muhammad Sholihin::

Sebagaimana didalam Rubrik khasanah, SOLOPOS pada hari Jumat tanggal 8 Mei 2009