SHOBRI !! SABAR. YAA………………!!!!!
Sewaktu perjalanan aku pulang dari Yogyakarta, menenggok orang tua ku (yang sedang memperbaiki rumah karena sewaktu terjadi gempa yang dasyat itu meluluhlantahkan rumah dimana aku dilahirkan) aku berhenti disebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum ( SPBU) di daerah Klaten untuk menunaikan Ibadah Sholat Mahgrib. setelah selesai sholat aku duduk disamping Musholla sambil menghampiri anak kecil yang duduk sendirian sambil menagis kecil. yang umurnya lebih kurang 5.5 tahun sebaya dengan buah hati ku yang pertama NAUFAL NABIL AUFA. Aku tanya sikecil itu dengan bahasa Indonesia” Lho kenapa nangis sayang, namanya siapa ? namun justru lebioh keras nangisnya. aku coba tanya lagi dengan bahasa jawa siapa tahu bisa jawab. ” lho kok nangis ? kenopo ? jenengmu sopo ?” lantas dijawab dengan lirih ” SHOBRI “. omahmu ngendi ? ” Pasuruhan ” jawab Shobri dengan nada ketakutan. lantas aku yana lagi” neng kene karo sopo ?” pertanyaan ini tidak dijawab sampai pertanyaan saya 3 kali. belum selesai aku menutup bibir pertanyaan yang ketiga. aku dengar suara keras dibelakangku ” Jangan ikut Campur, ini urusan keluargaku ” kata laki-laki tinggi besar itu yang lantas menghampiri SHOBRI dan menmparnya hampir lebih dari 5 kali. lantas aku berseru ” hentikan ” . sambil menggandeng tangan SHOBRI dengan setengah lari, dia memarahi SHOBRI dengan suara keras ” kowe ngomong opo, dasar anak kere “. sambil aku setengah mengejar, aku berkata ” Pak aku yang salah, bukan SHOBRI, kenapa marahi SHOBRI ? Hentikan ! seruku ” justru laki-laki itu makin kalab dan makin keras memukili SHOBRI, karena aku tidak tega, aku lantas ambil motor dan tancap gas lapor POLISI. Dikantor Polisi Si Laki-laki besar diintrogasi: pikirku mesti dia itu penculik anak-anak. tapi Oo…..Subhanallah ternyata dia adala Pakde nya dari SHOBRI. termasuk aku juga ditanya-tanya ama Pak Brigradir dua Polisi Sholeh Saifullah.
“Met Malam Pak” sapaku. Selamat malam, Jawab pak Polisi dengan sopan dan santun. Setelah ditanya siapa aku, alamat dan darimana aku keluar ruagan Pak Sholeh. kini ganti Si Pak De ditanya-tanyai lagi. nah sekarang aku bisa leluasa ngobrol dengan SHOBRI.
E.. Shobri wis sekolah durung ? tanyaku pake boso jowo ngoko, karena SHOBRI emang ndak bisa bahasa yang lain. ” durung ” jawab SHOBRI. E…. SHOBRI ? kenopo Shobri melu Pak De ? tanya ku. “aku meh diterno nang Batang Omahe simbahku.” jawab Shobri dengan wajah takut dan matanya mulai berkaca-kaca mau nangis. “lha Bapak- emakmu nangendi” tanyaku lagi yang semakin penasaran. SHOBRI ini anaknya penurut, kulit bersih dan ganteng. tapi karena tidak terawat baik badan maupun bajunya, Shobri ini terlihat kumal dan bau.
pertanyaan kali ini tidak dijawab ama SHOBRI. malah menangis dengan mendekapku. aku bilang minta maaf kalau pertanyaanku menjadikan sakit hati SHOBRI. sambil masih mendekapku Shobri Berbisik ” emak wis mati, bapak yo wis mati. bapak matine wis suwe jaman aku ijek bayi ” cerita SHOBRI sambil terus nangis. hatikupun menangis mendenganya, kupeluk dia erat-erat,. kubesarkan hatinya