KAJIAN AQIDAH DAN AKHLAQ (Ke-8)

KAJIAN AQIDAH DAN AKHLAQ (Ke-8)
( Kamis, 26 Maret 2009 )
A’uudzubillaahi minash-shaithaanir-rajiim
Bismillaahirrahmaanirrahiim

JIN, IBLIS DAN SYAITHAN

Kata ‘jin’ (Bahasa Arab al-Jin) berasal dari kata janna yang berarti ‘bersembunyi’, karena memang jin itu mahluk ghaib yang tersembunyi dari padangan dan sentuhan manusia.  Sebagian mahluk jin taat kepada Allah – yaitu jin baik, sedangkan sebagian lainnya tidak taat kepada Allah – yaitu jin buruk yang terdiri dari iblis dan syaithan. Kata ‘iblis’ berasal dari kata ablasa yang berarti ‘putus asa’ (karena memang iblis berputus asa atas rahmat Allah), sedangkan kata ‘syaithan’ berasal dari kata syathana yang berarti menjauh (karena memang syaithan jauh dari kebenaran Allah).
Mengapa manusia berbuat salah atau dosa? Jawaban secara umum dan pada dasarnya adalah karena keberadaan syaitan (anak cucu keturunan iblis) yang menggoda dan menyesatkan manusia. Ada beberapa langkah yang dilakukan syaithan (khuthuwaatisy-syayaathiin) untuk mengajak manusia berbuat dosa, yaitu tadhlil (menyesatkan) dan takhwif (menakut-nakuti).
Langkah-langkah syaithan dalam menyesatkan manusia (tadhlil) adalah dengan waswasah (bisikan), nisyan (lupa), tamani (angan-angan), tazyin (menganggap baik perbuatan maksiat), wa’dun (janji), kaidun (tipu daya), shaddun (hambatan), dan ‘adawah (permusuhan). Dalam al-Quran surat an-Naas disebutkan alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas (yang membisikan ke dalam dada manusia). Syaithan memang membisikkan ke hati manusia hal-hal yang mendorong untuk berbuat maksiat (kejahatan), dengan secara halus.
Syaithan membuat manusia lupa (nisyan) kepada Allah, Rasulullah, dan ajaran-ajaran-Nya. Allah menyatakan dalam al-Quran, yang artinya, “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaithan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini) – wa immaa yunsiyannakasy-syaithaan, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)” (QS al-An’aam 6:68).
Angan-angan kosong atau mengkhayal yang tak masuk akal (tamani) adalah sesungguhnya salah satu langkah syaithan untuk memperdaya pikiran manusia. “Walaudhillannahum walaumanniyannahum…- dan sungguh aku (syaithan) menyesatkan mereka dan sungguh membangkitkan angan-angan kosong pada mereka…” (QS an-Nisaa’ 4:119). “Syaithan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaithan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya” (QS an-Nisaa’ 4:120-121).
Allah berfirman, yang artinya, “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka” (QS al-Hijr 15:39-40). Firman Allah tersebut menunjukkan bahwa tazyin dilakukan oleh iblis, yaitu membuat manusia memandang baik (bahkan bangga) melakukan kemaksiatan, atau merasa tidak bersalah dalam melakukan kesalahan, merasa tidak berbuat dosa padahal berbuat dosa.
Syaithan sangat suka mengobral janji tetapi janji palsu yang tidak akan ditepati. Allah berfirman, yang artinya, “Dan berkatalah syaithan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih” (QS Ibrahim 14:22).
Dengan segala macam tipu daya (kaidun), syaithan akan terus menyesatkan manusia selama hidup. Namun demikian, bagi orang yang beriman tipu daya syaithan itu sangat lemah. Allah berfirman, yang artinya, “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaithan itu adalah lemah” (QS an-Nisaa’ 4:76).
Allah berfirman, yang artinya, “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk” (QS an-Naml 27:24). “Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaithan; sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu” (QS az-Zukhruf 43:62). Dengan segala macam cara, syaithan berusaha keras untuk member hambatan (shaddun) kepada manusia agar tidak mengikuti jalan Allah.
Permusuhan dan rasa saling membenci terhadap sesama manusia adalah ulah syaithan, agar manusia itu lupa kepada Allah dan lupa dirinya, misalnya melalui perjudian dan minum minuman keras. Allah berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (QS al-Maidah 5:91).
Selain tadhlil (menyesatkan), syaithan juga melakukan takhwif (menakut-nakuti). Syaithan melakukan takhwif agar manusia takut melakukan amar ma’ruf nahi munkar, takut menyatakan kebenaran Allah, takut menegakkan syari’at Allah, takut itu semua dengan segala resikonya, misalnya takut kehilangan pekerjaan atau jabatan karena menegakkan syari’at Allah, takut dipenjara karena menyampaikan kebenaran Allah (maka menyembunyikan kebenaran Allah agar tidak dipenjara). Allah berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS al-Imran 3:175). “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab,
mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati” (QS al-Baqarah 2:159). “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih” (QS al-Baqarah 2:174).

Wallaahu a’lam bish-shawwab,
Fas-aluu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’lamuun

Pengasuh Kajian :
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Department of Information Studies,
University of Sheffield UK
Alumni Antropologi UGM & Tarbiyah IAIN